BAB II
PERLUASAN WILAYAH ISLAM PADA MASA ABU BAKAR
1. Penaklukan Persia
Perang melawan
gerakan murtad telah usai. Gerakan murtad juga telah habis. Jazirah Arab telah
bersih dari noda dan hanya berisi agama lurus. Abu Bakar mulai mempersiapkan
sejumlah penaklukan, dimulai dari Persia. Ia menyiapkan dua pasukan.
Pasukan
pertama di bawah pimpinan Khalid ibn al-Walid. Saat itu, mereka tengah berada
di Yamamah. Melalui sepucuk surat, Abu Bakar memerintahkan mereka untuk
memerangi Irak dari arah selatan, dimulai dari daerah Ubullah.
Pasukan
kedua di bawah pimpinan ‘Iyadh ibn Ghunum. Saat itu mereka berada di desa
Nibaj, pertengahan jalan antara Makkah dan Bashrah. Abu Bakar memerintahkan
‘Iyadh untuk menyerbu Irak dari arah timur laut, dari Mushayyakh. “Bergeraklah
hingga tiba di Mushayyakh dan mulailah menyerang dari sana. Lalu, masuklah ke
Irak hingga bertemu pasukan Khali
d. Izinkan setiap pasukanmu yang berniat
pulang. Jangan memaksa orang yang tidak ingin berperang,” kata Abu Bakar dalam
surat kepada ‘Iyadh.
Melalui
surat Abu Bakar memerintahkan Khalid ibn al-Walid dan ‘Iyadh ibn Ghunum untuk
bergerak bersama ke Hirah. Siapa pun di antara keduanya yang tiba lebih dahulu
di Hirah maka ia menjadi pemimpin bagi yang lain. “Jika kalian sudah bertemu di
Hirah, melucuti senjata-senjata Persia, dan membuat kaum muslim aman dari
serangan, maka salah satu dari kalian berdua menjadi pemimpin bagi lainnya dan
bagi umat Islam di Hirah, sedangkan yang lain terus berjuang menumpas musuh
Allah dan musuh kalian (penduduk Persia) di kampung-kampung dan kota-kota
penting mereka,” tulis Abu Bakar.
Abu
Bakar memerintahkan Khalid dan ‘Iyadh agar bersikap lembut terhadap penduduk
taklukan dan mengajak mereka kepada Islam. Jika menolak Islam maka mereka harus
membayar jizyah, dan jika menolak maka mereka diperangi. Abu Bakar juga
berpesan kepada keduanya untuk tidak meminta bantuan kepada orang murtad.
Abu
Bakar memerintahkan Mutsanna ibn Haritsahn agar menggabungkan diri ke pasukan
Khalid ibn al-Walid. Melalui sepucuk surat Abu Bakar menulis, “Aku mengutus
Khalid ibn al-Walid menuju Irak untuk menemuimu.Sambutlah ia dengan semua
pasukan, lalu bantulah dirinya. Jangan membangkang perintahnya atau berdebat
dengannya. Ia termasuk orang yang digambarkan Allah dalam ayat, Muhammad
adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap
orang-orang kafir (Al-Fath [48]: 29). Selama dirinya masih berdiri
bersamamu, ia menjadi pemimpinmu. Tapi, bila dirinya pergi meninggalkanmu,
engkau tahu apa yang harus engkau lakukan.”
Pengiriman
pasukan Khalid ibn al-Walid ke Irak terjadi pada Rajab 11 H. Ada pula yang
mengatakan pada Muharram 12 H. Khalid membawa 18 ribu pasukan dan melakukan
sebelas kali peperangan. Dia berhasil memenangi semuanya.
Perang Dzat
Salasil
Khalid
mengawali misinya dari Ubullah. Ia menulis sepucuk surat pada Hurmuz, penguasa
selat Ubullah: “Amma Ba’d. Masuklah islam, engkau pasti selamat;
atau bayarlah jizyah sebagai ahlu dzimmah. Jika tidak, jangan salahkan orang
lain selain dirimu sendiri. Aku akan mendatangimu dengan pasukan yang cinta
kematian sebagaimana pasukanmu cinta hidup.”
Khalid
membagi pasukan menjadi tiga peleton. Peleton paling depan dipimpin Mutsanna
ibn Haritsah, lalu disusul peleton pimpinan ‘Adi ibn Hatim al-Tha’i, lalu
peleton pimpinan Khalid sendiri. Tiap-tiap peleton mengambil jalan berbeda.
Hurmuz
mendengar berita keberangkatan Khalid dan rencananya bergerak menuju Hudhayr.
Hurmuz mendahului Khalid tiba di Hudhayr. Kedua pasukan bertemu dan perang
meletus. Pasukan Khalid berhasil menang. Khalid berhasil membunuh Hurmuz,
panglima pasukan Persia yang mencoba membunuh Khalid dengan cara licik. Tapi,
melalui al-Qa’qa’ ibn ‘Amr, Allah mengungkap tipu daya Hurmuz dan menyelamatkan
Khalid.
Perang
ini dinamakan Dzat Salasil (pemilik rantai) karena pasukan Persia diikat dengan
rantai panjang supaya tidak ada yang kabur saat berperang. Cara ini justru
menjadi malapetaka bagi mereka, bukan malah membantu.
Perang Madzar
atau Tsaniy
Perang
ini terjadi pada Safar 12 H. Hurmuz memberitahukan surat Khalid ibn al-Walid
kepada Kaisar Persia sekaligus meminta tambahan pasukan. Kaisar Persia langsung
mengirimkan pasukan pimpinan Qarin. Tapi, hurmuz terburu-buru menyerang Khalid
sebelum pasukan Qarin datang membantu. Alhasil, Hurmuz kalah. Setibanya di
lokasi, Qarin hanya menemukan puing-puing kekalahan pasukan Hurmuz.
Pasukan
Persia pimpinan Qarin sepakat mengejar Khalid. Mereka bergerak hingga tiba di
Madzar. Khalid mengetahui ini, lalu mengirim surat kepada Abu Bakar berisi
permintaan bantuan pasukan. Khalid dan pasukan muslim bergerak menuju Madzar.
Terjadilah pertempuran. Panglima Persia, Qarin, mengajak Khalid berduel. Khalid
pun keluar. Tapi, khalid didahului Ma’qal ibn al-A’masy ibn al-Nabasy yang
akhirnya berhasil membunuh Qarin. Sebelumnya Qarin menempatkan Qubadz di sisi
kanan dan Anusyijan di sisi kirinya. Keduanya termasuk panglima perang yang ikut
dalam peperangan Dzat Salasil yang kabur. Keduanya mati terbunuh di kepungan
pasukan muslim. Qubadz mati di tangan ‘Ashim ibn ‘Amr al-Tamimi. Berkat bantuan
Allah pasukan Persia pimpinan Qarin kalah total. Sebanyak 30 ribu orang dari
mereka mati terbunuh. Banyak di antaranya yang tenggelam, sementara sisanya
berhasil menyelamatkan diri dengan perahu. Banyak pula dari mereka yang menjadi
tawanan, seperti Hubayb Abu al-Hasan al-Bashri yang beragama Kristen.
Penaklukan
Hirat (Heerat)
Berita
kemenangan pasukan Khalid di Amghisyiya sampai ke telinga penguasa Hirah. Ia
yakin bahwa sebentar lagi Khalid pasti akan menuju tempatnya. Ia segera
bertindak dengan mengirim pasukan di bawah pimpinan anaknya. Karena
memperkirakan bahwa pasukan Khalid akan menuju Hirah melalui sungai dengan
menaiki kapal, panglima perang Hirah memerintahkan pasukannya untuk membendung
kanal-kanal Eufrat sehingga air tidak mengalir dan membuat kapal-kapal tidak
bisa berlayar. Mereka membuat markas di luar Hirah, menunggu kedatangan pasukan
Khalid.
Perkiraan
mereka tepat. Khalid dan pasukannya naik kapal menuju utara ke jantung kota
Hirah. Kapal-kapalnya mendadak oleng dan kandas. Khalid marah dan bergerak
menuju tempat anak penguasa Hirah bermarkas. Khalid dan beberapa pasukannya
tiba-tiba bertemu dengan salah satu penunggang kuda musuh, lalu ditangkap.
Khalid segera bergerak sebelum beritanya samai ke penguasa Hirah. Khalid
berhasil menemukan anak penguasa Hirah dan pasukannya di mulut sungai Eufrat.
Perang tak terelakkan dan pasukan muslim menang. Merka membuka kanal-kanal
Eufrat untuk mengalirkan air sehingga kapal bisa kembali berlayar. Penguasa
Hirah mendengar berita kekalahan dan kematian anaknya di tangan Khalid ini. Ia
merasa terpukul dan langsung kabur menyeberangi Eufrat. Lalu tempatnya
dijadikan markas sementara oleh Khalid. Khalid dan pasukannya kemudian bergerak
ke Najaf dan membuat markas di dekat istana putih. Penduduk Hirah tahu bahwa
diri mereka sudah terkepung di istana-istana mereka sendiri. Sebelumnya Khalid
menunjuk empat panglima perangnya untuk mengepung istana-istana tersebut.
Khalid
memerintahkan keempat panglimanya untuk terlebih dahulu mengajak penduduk Hirah
masuk Islam. Jika menolak, mereka diberi waktu sehari. Jika setelah itu masih
menolak, mereka baru boleh diperangi.
Penduduk
Hirah memilih perang. Mereka melempari pasukan muslim dengan bebatuan, tapi
dibalas pasukan muslim dengan hujan anak panah. Tak butuh waktu lama, Khalid
berhasil melumpuhkan mereka. Mereka semua menemui khalid: perwakilan dari
setiap istana. Mereka bersedia tunduk di bawah kekuasaan muslim dengan
perjanjian membayar jizyah sebesar 190.000 dirham setiap tahun. Khalid
menyampaikan berita kemenangan ini kepada Abu bakar, selain juga mengirim
sejumlah hadiah yang ia terima dari penduduk Hirah untuk sang Khalifah.
Demikianlah
etika dan keluhuran umat Islam. Ketika menerima hadiah-hadiah yang dikirimkan
Khalid dari Hirah, Abu Bakar tetap menerimanya, Tapi, Abu Bakar menganggap
hadiah tersebut sebagai bagian dari jizyah penduduk Hirah. Ini untu menghindari
sesuatu yang tidak disukai agama dan untuk menghapus adat kebiasaan masyarakat
non-Arab yang biasa menggunakan cara penarikan hadiah sebagai kedok untuk
merampas harta orang lain.
Khalid
menetapkan perjanjiannya dengan oenduduk Hirah secara tertulis, “Bismillah
al-Rahman al-Rahim. Jumlah inilah yang dijanjikan kepada Khalid oleh ‘Adi
dan Umar (dua anak ‘Adi), ‘Amr ibn Abdil Masih, Iyas ibn Qabishah,
dan Hira ibn Akkal yang kesemuanya adalah pada pembesar penduduk Hirah.” Mereka
sepakat membayar jizyah sebesar 1.900 dirham. Jizyah ini dibayarkan setiap
tahun oleh pemerintah dan para pejabat kaya Hirah—kaum pendeta dan apstor. Jika
mau membayar, mereka aman. Tapi, jika mereka berkhianat, baik dengan perkataan
maupun perbuatan, status dzimmah mereka otomatis hilang.
Dengan
ditaklukkannya kota Hirah harapan Abu Bakar untuk bisa menaklukkan Irak sudah
terwujud. Inilah pintu masuk umat Islam untuk memerangi jantung Kekasaran
Persia. Khalid berhasil menjalankan misi dengan sangat memuaskan. Khalid
memulai peperangan pertamanya pada Muharram 12 H, dan merampungkan Perang Hirah
pada Rabiul Awal pada tahun yang sama. Artinya, Khalid membutuhkan waktu selama
tiga bulan atau malah kurang.
Perang
Dawmatul Jandal
Abu
Bakar mengirim Walid ibn ‘Uqbah untuk membantu ‘Iyadh ibn Ghunum yang tengah
mengepung Dawmatul jandal. Setibanya di sana, Walid mendapati ‘Iyadh berada di
pinggiran kota Irak dan sedang mengepung musuh. Musuh sudah memiliki jalan
keluar dari kepungan dan bisa berbalik mengepung ‘Iyadh. ‘Iyadh berkonsultasi
kepada Walid, “Ide yang cemerlang jauh lebih berguna daripada pasukan yang
banyak. Bagaimana pendapatmu tentang posisi kami sekarang?”
“Tulislah
surat kepada Khalid. Mintalah bantuan pasukan kepadanya,” saran Walid. ‘Iyadh
menuruti saran Walid. Khalid menerima surat Walid hanya beberapa saat setelah
penaklukan ‘Ayn al-Tamr. Khalid membalasnya, “Tunggulah sebentar! Akan datang
kepadamu hewan-hewan tunggangan membawa singa-singa ganas dengan racun
mematikan. Pasukan yang disusul pasukan lainnya.”
Khalid
dan pasukannya berangkat dari ‘Ayn al-Tamr. Ketika keberangkatan Khalid
diketahui penduduk Dawmatul Jandal, rasa takut dan gelisah langsung menyelimuti
mereka. Mereka menghubungi sekutu-sekutu mereka untuk bergabung, seperti suku
Bahra’, Kalb, Ghassan, dan Tannukh. Khalid sendiri mengincar salah seorang
pemuka Dawmatul Jandal, yaitu Ukaydir ibn Abdul Malik, yang berkhianat dan melanggar
perjanjiannya dengan Khalid. Kali ini, saat Ukaydir ditangkap, Khalid langsung
memerintahkan untuk memenggalnya sebagai hukuman atas pengkhianatannya.
Perang
berkobar antara pasukan muslim pimpinan Khalid ibn al-Walid dan ‘Iyadh melawan
pasukan gabungan Dawmatul Jandal pimpinan Jawdi ibn Rabi’ah, Ibn al-Hadrajan,
dan Ibnu al-Abham. Pasukan muslim menang. Pasukan musuh banyak terbunuh.
Pintu-pintu kota Dawmatul Jandal dibuka dan menjadi milik umat Islam. Kota ini
dianggap sangat penting dan strategis. Ia berada di titik temu tiga jalur; dari
arah selatan adalah semenanjung Arab, dari arah timur laut adakah Irak, dan
dari barat laut adalah Syam. Oleh sebab itu, kota ini menjadi sumbangsih
terbesar kekhalifahan Abu Bakar as-Shiddiq. Andai Dawmatul jandal tidak
ditaklukkan, Irak akan terus dikepung oleh berbagai ancaman dan bahaya.
2. Penaklukan Romawi
Pada saat kekuasaan abu bakar, Romawi menguasai daerah Suriah dan
Palestina. Padahal suriah dan Palestina berbatasan langsung dengan
kekuasaan islam. Suriah dan Palestina. Dalam
upaya penaklukan itu maka jalan yang harus di tempuh dengan cara memerangi
imperium Roawi dengan Perang Yarmuk. Dalam sejarah perjuangan kaum muslimin
menegakkan dan membela al-haq (kebenaran), berjihad di jalan Allah, kita akan
dapat menemukan kisah teladan mengenai itsar, sejarah yang begitu indah untuk
dipelajari, merupakan suatu kenikmatan tersendiri jika diamalkan.
Kisah ini adalah perang Yarmuk,
perang yang terjadi antara kaum muslimin melawan pasukan Romawi (Byzantium),
negara super power saat itu, berlangsung pada tahun 13 H / 634 M.
Pasukan Romawi memiliki peralatan
perang yang lengkap dan tentara yang sangat banyak jumlahnya dibandingkan
pasukan kaum muslimin. Pasukan Romawi berjumlah sekitar 240.000 orang sedangkan
pasukan kaum muslimin hanya berjumlah 45.000 orang menurut sumber islam atau
100.000 – 400.000 orang untuk pasukan romawi dan 24.000 – 40.000 orang pasukan
muslim menurut sumber wikipedia
Dalam perang Yarmuk, pasukan Romawi
memiliki tentara yang banyak, pengalaman perang yang mumpuni, peralatan perang
yang lengkap, logistik lebih dari cukup, namun dapat dikalahkan oleh pasukan
kaum muslimin, dengan izin Allah SWT.
Ini adalah bukti yang nyata bahwa
sesungguhnya kemenangan itu bersumber dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pertempuran ini, oleh beberapa
sejarawan, dipertimbangkan sebagai salah satu pertempuran penting dalam sejarah
dunia, karena perang ini menandakan gelombang besar pertama penaklukan Muslim
di luar Arab, dan cepat masuknya Islam ke Palestina, Suriah, dan Mesopotamia
yang rakyatnya menganut agama Kristen.
Daftar Pustaka
Amin, M.
Masyhur. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Indonesia spirit Fondation
https://nabilmufti.wordpress.com/2010/03/24/perang-yarmuk-takluknya-kerajaan-romawi-dibawah-pasukan-islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar