Selasa, 12 Januari 2016

Perluasan Wilayah Islam Pada Masa khalifah Abu BAkar

BAB II
PERLUASAN WILAYAH ISLAM PADA MASA ABU BAKAR
1. Penaklukan Persia
  Perang melawan gerakan murtad telah usai. Gerakan murtad juga telah habis. Jazirah Arab telah bersih dari noda dan hanya berisi agama lurus. Abu Bakar mulai mempersiapkan sejumlah penaklukan, dimulai dari Persia. Ia menyiapkan dua pasukan.
            Pasukan pertama di bawah pimpinan Khalid ibn al-Walid. Saat itu, mereka tengah berada di Yamamah. Melalui sepucuk surat, Abu Bakar memerintahkan mereka untuk memerangi Irak dari arah selatan, dimulai dari daerah Ubullah.
            Pasukan kedua di bawah pimpinan ‘Iyadh ibn Ghunum. Saat itu mereka berada di desa Nibaj, pertengahan jalan antara Makkah dan Bashrah. Abu Bakar memerintahkan ‘Iyadh untuk menyerbu Irak dari arah timur laut, dari Mushayyakh. “Bergeraklah hingga tiba di Mushayyakh dan mulailah menyerang dari sana. Lalu, masuklah ke Irak hingga bertemu pasukan Khali
d. Izinkan setiap pasukanmu yang berniat pulang. Jangan memaksa orang yang tidak ingin berperang,” kata Abu Bakar dalam surat kepada ‘Iyadh.
            Melalui surat Abu Bakar memerintahkan Khalid ibn al-Walid dan ‘Iyadh ibn Ghunum untuk bergerak bersama ke Hirah. Siapa pun di antara keduanya yang tiba lebih dahulu di Hirah maka ia menjadi pemimpin bagi yang lain. “Jika kalian sudah bertemu di Hirah, melucuti senjata-senjata Persia, dan membuat kaum muslim aman dari serangan, maka salah satu dari kalian berdua menjadi pemimpin bagi lainnya dan bagi umat Islam di Hirah, sedangkan yang lain terus berjuang menumpas musuh Allah dan musuh kalian (penduduk Persia) di kampung-kampung dan kota-kota penting mereka,” tulis Abu Bakar.
            Abu Bakar memerintahkan Khalid dan ‘Iyadh agar bersikap lembut terhadap penduduk taklukan dan mengajak mereka kepada Islam. Jika menolak Islam maka mereka harus membayar jizyah, dan jika menolak maka mereka diperangi. Abu Bakar juga berpesan kepada keduanya untuk tidak meminta bantuan kepada orang murtad.
            Abu Bakar memerintahkan Mutsanna ibn Haritsahn agar menggabungkan diri ke pasukan Khalid ibn al-Walid. Melalui sepucuk surat Abu Bakar menulis, “Aku mengutus Khalid ibn al-Walid menuju Irak untuk menemuimu.Sambutlah ia dengan semua pasukan, lalu bantulah dirinya. Jangan membangkang perintahnya atau berdebat dengannya. Ia termasuk orang yang digambarkan Allah dalam ayat, Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir (Al-Fath [48]: 29). Selama dirinya masih berdiri bersamamu, ia menjadi pemimpinmu. Tapi, bila dirinya pergi meninggalkanmu, engkau tahu apa yang harus engkau lakukan.”
            Pengiriman pasukan Khalid ibn al-Walid ke Irak terjadi pada Rajab 11 H. Ada pula yang mengatakan pada Muharram 12 H. Khalid membawa 18 ribu pasukan dan melakukan sebelas kali peperangan. Dia berhasil memenangi semuanya.

Perang Dzat Salasil
            Khalid mengawali misinya dari Ubullah. Ia menulis sepucuk surat pada Hurmuz, penguasa selat Ubullah: “Amma Ba’d. Masuklah islam, engkau pasti selamat; atau bayarlah jizyah sebagai ahlu dzimmah. Jika tidak, jangan salahkan orang lain selain dirimu sendiri. Aku akan mendatangimu dengan pasukan yang cinta kematian sebagaimana pasukanmu cinta hidup.”
            Khalid membagi pasukan menjadi tiga peleton. Peleton paling depan dipimpin Mutsanna ibn Haritsah, lalu disusul peleton pimpinan ‘Adi ibn Hatim al-Tha’i, lalu peleton pimpinan Khalid sendiri. Tiap-tiap peleton mengambil jalan berbeda.
            Hurmuz mendengar berita keberangkatan Khalid dan rencananya bergerak menuju Hudhayr. Hurmuz mendahului Khalid tiba di Hudhayr. Kedua pasukan bertemu dan perang meletus. Pasukan Khalid berhasil menang. Khalid berhasil membunuh Hurmuz, panglima pasukan Persia yang mencoba membunuh Khalid dengan cara licik. Tapi, melalui al-Qa’qa’ ibn ‘Amr, Allah mengungkap tipu daya Hurmuz dan menyelamatkan Khalid.
            Perang ini dinamakan Dzat Salasil (pemilik rantai) karena pasukan Persia diikat dengan rantai panjang supaya tidak ada yang kabur saat berperang. Cara ini justru menjadi malapetaka bagi mereka, bukan malah membantu.

Perang Madzar atau Tsaniy
            Perang ini terjadi pada Safar 12 H. Hurmuz memberitahukan surat Khalid ibn al-Walid kepada Kaisar Persia sekaligus meminta tambahan pasukan. Kaisar Persia langsung mengirimkan pasukan pimpinan Qarin. Tapi, hurmuz terburu-buru menyerang Khalid sebelum pasukan Qarin datang membantu. Alhasil, Hurmuz kalah. Setibanya di lokasi, Qarin hanya menemukan puing-puing kekalahan pasukan Hurmuz.
            Pasukan Persia pimpinan Qarin sepakat mengejar Khalid. Mereka bergerak hingga tiba di Madzar. Khalid mengetahui ini, lalu mengirim surat kepada Abu Bakar berisi permintaan bantuan pasukan. Khalid dan pasukan muslim bergerak menuju Madzar. Terjadilah pertempuran. Panglima Persia, Qarin, mengajak Khalid berduel. Khalid pun keluar. Tapi, khalid didahului Ma’qal ibn al-A’masy ibn al-Nabasy yang akhirnya berhasil membunuh Qarin. Sebelumnya Qarin menempatkan Qubadz di sisi kanan dan Anusyijan di sisi kirinya. Keduanya termasuk panglima perang yang ikut dalam peperangan Dzat Salasil yang kabur. Keduanya mati terbunuh di kepungan pasukan muslim. Qubadz mati di tangan ‘Ashim ibn ‘Amr al-Tamimi. Berkat bantuan Allah pasukan Persia pimpinan Qarin kalah total. Sebanyak 30 ribu orang dari mereka mati terbunuh. Banyak di antaranya yang tenggelam, sementara sisanya berhasil menyelamatkan diri dengan perahu. Banyak pula dari mereka yang menjadi tawanan, seperti Hubayb Abu al-Hasan al-Bashri yang beragama Kristen.

Penaklukan Hirat (Heerat)
            Berita kemenangan pasukan Khalid di Amghisyiya sampai ke telinga penguasa Hirah. Ia yakin bahwa sebentar lagi Khalid pasti akan menuju tempatnya. Ia segera bertindak dengan mengirim pasukan di bawah pimpinan anaknya. Karena memperkirakan bahwa pasukan Khalid akan menuju Hirah melalui sungai dengan menaiki kapal, panglima perang Hirah memerintahkan pasukannya untuk membendung kanal-kanal Eufrat sehingga air tidak mengalir dan membuat kapal-kapal tidak bisa berlayar. Mereka membuat markas di luar Hirah, menunggu kedatangan pasukan Khalid.
            Perkiraan mereka tepat. Khalid dan pasukannya naik kapal menuju utara ke jantung kota Hirah. Kapal-kapalnya mendadak oleng dan kandas. Khalid marah dan bergerak menuju tempat anak penguasa Hirah bermarkas. Khalid dan beberapa pasukannya tiba-tiba bertemu dengan salah satu penunggang kuda musuh, lalu ditangkap. Khalid segera bergerak sebelum beritanya samai ke penguasa Hirah. Khalid berhasil menemukan anak penguasa Hirah dan pasukannya di mulut sungai Eufrat. Perang tak terelakkan dan pasukan muslim menang. Merka membuka kanal-kanal Eufrat untuk mengalirkan air sehingga kapal bisa kembali berlayar. Penguasa Hirah mendengar berita kekalahan dan kematian anaknya di tangan Khalid ini. Ia merasa terpukul dan langsung kabur menyeberangi Eufrat. Lalu tempatnya dijadikan markas sementara oleh Khalid. Khalid dan pasukannya kemudian bergerak ke Najaf dan membuat markas di dekat istana putih. Penduduk Hirah tahu bahwa diri mereka sudah terkepung di istana-istana mereka sendiri. Sebelumnya Khalid menunjuk empat panglima perangnya untuk mengepung istana-istana tersebut.

            Khalid memerintahkan keempat panglimanya untuk terlebih dahulu mengajak penduduk Hirah masuk Islam. Jika menolak, mereka diberi waktu sehari. Jika setelah itu masih menolak, mereka baru boleh diperangi.
            Penduduk Hirah memilih perang. Mereka melempari pasukan muslim dengan bebatuan, tapi dibalas pasukan muslim dengan hujan anak panah. Tak butuh waktu lama, Khalid berhasil melumpuhkan mereka. Mereka semua menemui khalid: perwakilan dari setiap istana. Mereka bersedia tunduk di bawah kekuasaan muslim dengan perjanjian membayar jizyah sebesar 190.000 dirham setiap tahun. Khalid menyampaikan berita kemenangan ini kepada Abu bakar, selain juga mengirim sejumlah hadiah yang ia terima dari penduduk Hirah untuk sang Khalifah.
            Demikianlah etika dan keluhuran umat Islam. Ketika menerima hadiah-hadiah yang dikirimkan Khalid dari Hirah, Abu Bakar tetap menerimanya, Tapi, Abu Bakar menganggap hadiah tersebut sebagai bagian dari jizyah penduduk Hirah. Ini untu menghindari sesuatu yang tidak disukai agama dan untuk menghapus adat kebiasaan masyarakat non-Arab yang biasa menggunakan cara penarikan hadiah sebagai kedok untuk merampas harta orang lain.
            Khalid menetapkan perjanjiannya dengan oenduduk Hirah secara tertulis, “Bismillah al-Rahman al-Rahim. Jumlah inilah yang dijanjikan kepada Khalid oleh  ‘Adi dan Umar  (dua anak ‘Adi), ‘Amr ibn Abdil Masih, Iyas ibn Qabishah, dan Hira ibn Akkal yang kesemuanya adalah pada pembesar penduduk Hirah.” Mereka sepakat membayar jizyah sebesar 1.900 dirham. Jizyah ini dibayarkan setiap tahun oleh pemerintah dan para pejabat kaya Hirah—kaum pendeta dan apstor. Jika mau membayar, mereka aman. Tapi, jika mereka berkhianat, baik dengan perkataan maupun perbuatan, status dzimmah mereka otomatis hilang.
            Dengan ditaklukkannya kota Hirah harapan Abu Bakar untuk bisa menaklukkan Irak sudah terwujud. Inilah pintu masuk umat Islam untuk memerangi jantung Kekasaran Persia. Khalid berhasil menjalankan misi dengan sangat memuaskan. Khalid memulai peperangan pertamanya pada Muharram 12 H, dan merampungkan Perang Hirah pada Rabiul Awal pada tahun yang sama. Artinya, Khalid membutuhkan waktu selama tiga bulan atau malah kurang.


Perang Dawmatul Jandal
            Abu Bakar mengirim Walid ibn ‘Uqbah untuk membantu ‘Iyadh ibn Ghunum yang tengah mengepung Dawmatul jandal. Setibanya di sana, Walid mendapati ‘Iyadh berada di pinggiran kota Irak dan sedang mengepung musuh. Musuh sudah memiliki jalan keluar dari kepungan dan bisa berbalik mengepung ‘Iyadh. ‘Iyadh berkonsultasi kepada Walid, “Ide yang cemerlang jauh lebih berguna daripada pasukan yang banyak. Bagaimana pendapatmu tentang posisi kami sekarang?”
            “Tulislah surat kepada Khalid. Mintalah bantuan pasukan kepadanya,” saran Walid. ‘Iyadh menuruti saran Walid. Khalid menerima surat Walid hanya beberapa saat setelah penaklukan ‘Ayn al-Tamr. Khalid membalasnya, “Tunggulah sebentar! Akan datang kepadamu hewan-hewan tunggangan membawa singa-singa ganas dengan racun mematikan. Pasukan yang disusul pasukan lainnya.”
            Khalid dan pasukannya berangkat dari ‘Ayn al-Tamr. Ketika keberangkatan Khalid diketahui penduduk Dawmatul Jandal, rasa takut dan gelisah langsung menyelimuti mereka. Mereka menghubungi sekutu-sekutu mereka untuk bergabung, seperti suku Bahra’, Kalb, Ghassan, dan Tannukh. Khalid sendiri mengincar salah seorang pemuka Dawmatul Jandal, yaitu Ukaydir ibn Abdul Malik, yang berkhianat dan melanggar perjanjiannya dengan Khalid. Kali ini, saat Ukaydir ditangkap, Khalid langsung memerintahkan untuk memenggalnya sebagai hukuman atas pengkhianatannya.
            Perang berkobar antara pasukan muslim pimpinan Khalid ibn al-Walid dan ‘Iyadh melawan pasukan gabungan Dawmatul Jandal pimpinan Jawdi ibn Rabi’ah, Ibn al-Hadrajan, dan Ibnu al-Abham. Pasukan muslim menang. Pasukan musuh banyak terbunuh. Pintu-pintu kota Dawmatul Jandal dibuka dan menjadi milik umat Islam. Kota ini dianggap sangat penting dan strategis. Ia berada di titik temu tiga jalur; dari arah selatan adalah semenanjung Arab, dari arah timur laut adakah Irak, dan dari barat laut adalah Syam. Oleh sebab itu, kota ini menjadi sumbangsih terbesar kekhalifahan Abu Bakar as-Shiddiq. Andai Dawmatul jandal tidak ditaklukkan, Irak akan terus dikepung oleh berbagai ancaman dan bahaya.

2. Penaklukan Romawi
Pada saat kekuasaan abu bakar, Romawi menguasai daerah Suriah dan Palestina. Padahal suriah  dan  Palestina berbatasan langsung dengan kekuasaan islam. Suriah dan  Palestina. Dalam upaya penaklukan itu maka jalan yang harus di tempuh dengan cara memerangi imperium Roawi dengan Perang Yarmuk.  Dalam sejarah perjuangan kaum muslimin menegakkan dan membela al-haq (kebenaran), berjihad di jalan Allah, kita akan dapat menemukan kisah teladan mengenai itsar, sejarah yang begitu indah untuk dipelajari, merupakan suatu kenikmatan tersendiri jika diamalkan.
Kisah ini adalah perang Yarmuk, perang yang terjadi antara kaum muslimin melawan pasukan Romawi (Byzantium), negara super power saat itu, berlangsung pada tahun 13 H / 634 M.
Pasukan Romawi memiliki peralatan perang yang lengkap dan tentara yang sangat banyak jumlahnya dibandingkan pasukan kaum muslimin. Pasukan Romawi berjumlah sekitar 240.000 orang sedangkan pasukan kaum muslimin hanya berjumlah 45.000 orang menurut sumber islam atau 100.000 – 400.000 orang untuk pasukan romawi dan 24.000 – 40.000 orang pasukan muslim menurut sumber wikipedia
Dalam perang Yarmuk, pasukan Romawi memiliki tentara yang banyak, pengalaman perang yang mumpuni, peralatan perang yang lengkap, logistik lebih dari cukup, namun dapat dikalahkan oleh pasukan kaum muslimin, dengan izin Allah SWT.
Ini adalah bukti yang nyata bahwa sesungguhnya kemenangan itu bersumber dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pertempuran ini, oleh beberapa sejarawan, dipertimbangkan sebagai salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia, karena perang ini menandakan gelombang besar pertama penaklukan Muslim di luar Arab, dan cepat masuknya Islam ke Palestina, Suriah, dan Mesopotamia yang rakyatnya menganut agama Kristen.
Daftar Pustaka
Amin, M. Masyhur. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Indonesia spirit       Fondation
https://nabilmufti.wordpress.com/2010/03/24/perang-yarmuk-takluknya-kerajaan-romawi-dibawah-pasukan-islam/







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aspek Keperilakuan pada Etika Akuntan

BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Akuntan merupakan profesi yang keberadaanya sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat. Se...