BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Akuntan merupakan profesi yang keberadaanya sangat
tergantung pada kepercayaan masyarakat. Sebagai sebuah profesi, seorang akuntan
dalam menjalankan tuganta harus menjunjung tinggi etikanya. Etika akuntan telah
menjadi isu yang menarik. Di Indoensia isu ini berkembang seiring dengan
terjadinya beberapa pelanggaran etika baik yang dilakukan oleh akuntan publik,
akuntan internal, maupun akuntan pemerintah. Untuk kasus akuntan publik,
beberapa pelanggaran etika ini dapat ditelusuri dari laporan Dewan Kehormatan
IAI dalam laporan pertanggungjawaban pengurus IAI.
Dalam hal etika, sebuah profesi harus memiliki komitmen
moral yang tinggi yang dituangkan dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini
merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengembanb profesi tersebut, yang
biasa disebut sebagain kode etik. Kode etik harus dipenuhi dan ditaati oleh
setiap profesi yang memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat dan merupakan
alat kepercayaan bagi masyarakat luas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
setiap profesional wajib menaati etika profesinya terkait dengan pelayanan yang
diberikan apabila menyangkut kepentingan masyarakat luas.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan
masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Menjelaskan
penalaran moral
2. Menjelaskan
model pengambilan keputusan etis
3. Menjelaskan
riset perilaku etis akuntan
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. DILEMA
ETIKA
Akuntan
didalam aktivitas auditnya memiliki banyak hal yang harus dipertimbangkan
karena auditor mewakili banyak konflik kepentingan yang melekat dalam proses
audit. Konflik ini akan menjadi sebuah dilema etika ketika auditor diharuskan
membuat keputusan yang menyangkut independensi dan integritasnya dalam imbalan
ekonomis yang mungkin dijanjikan disisi lain. Dilema etika muncul sebagai
konsekuensi konflik audit karena auditor berada dalam situasi pengambilan
keputusan antara yang etis dan tidak etis.
Penalaran Moral
Penalaran
moral dan pengembangan memainkan peran kunci dalam seluruh area profesi
akuntansi. Akuntan yang secara kontinu dihadapkan pada dilema berada pada
konflik nilai. Akuntan pajak misalnya, ketika memutuskan kebijakan mengenai
metode akuntansi yang akan dipilih, membutuhkan waktu untuk memutuskan antara
metode yang mencerminkan sifat ekonomi sesungguhnya dari transaksi atau metode
yang paling sesuai menggambarkan perusahaan.
B. MODEL
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
Banyak
sumber berbeda telah menyajikan landasan konseptual tentang besaran riset
perilaku etis akuntan. Misalnya saja, kerangka kerja teoritis tentang
pengambilan keputusan etis dipinjam dari psikologi sosial.
Pendekatan Kognitif
Lingkungan Terhadap Pengembalian Keputusan Etis
Ketika
banyak riset yang berhubungan dengan perilaku etis individual untuk mengukur
tingkat moral reasoning individual, telah berkembang
pendekatan tambahan yang membahas komponen lain dari model riset. Misalnya,
mereka menyebutnya skala etis multidimensional (sem) sebagai ukuran kesadaran
modal, yang merupakan komponen pertama dari model rest dan menghubungkan teori
perencanaan perilaku dengan komponen lain.
Reidenach mengembangkan sem
untuk fokus pada dinamika pengambilan keputusan yang melibatkan perilaku etis
yang belum diselidiki. Delapan skala likert yang bipolar dibagi kedalam tiga
dimensi, yaitu keadilan moral, relativisme dan kontraktualisme, yang dimasukkan
dalam ukuran. Skenario etis degunakan dengan memasukkan deskripsi atas situasi
tunggal sepanjang 100 kata. Flory et al, menggunakan SEM untuk mengkaji respon
etis terhadap 300 akuntan manajemen yang bersertifikat terhadap empat skenario
manajemen laba. Tujuan utama dari studi tersubut adalah memvalidasi penggunaan
SEM dalam konteks akuntansi. Ketika tujuan ini dicapai, gambaran yang
ditampilkan tidak mendukung variabilitas antar subjek, sehingga menghasilkan
perhatian pada validasi eksternal.
Cohen
kemudian memperluas riset Reidabach dan Robin terhadap situasi multinasional.
Hasil untuk sampel subjek di negara-negara Amerika Serikat dan lainnya
menunjukkan munculnya konflik tambahan yaitu utilitarianisme yang penting dalam
pengambilan keputusan etis. Sementara SEM dikritik sebagai gagal untuk
memasukkan kerangka kerja psikolog dalam proses ethical reasoning Flory
merespon dengan menunjukkan bagaimana ukuran ini secara teoritis berbeda dari
karya pengembangan moral Kolhberg dan Rest, serta bahwa ukuran ini mungkin
menjadi alat yang lebih baik untuk memahami proses moral reasoning
akuntan.
Model Alternatif
Pengambilan Keputusan Etis
Noreen
(1988), memperluas teori agensi dengan membahas ekonomi etis dalam konteks
kontrak. Didasarkan pada minat individual, dia menyatakan aksi yang paling
menguntungkan. Terdapat model pengambilan keputusan etis lain yang dikembangkan
secara spesifik untuk profesi akuntansi. Misalnya, untuk lebih memahami situasi
dimana auditor dianggap melanggar kode etik dan perilaku profesional AICPA,
lampe dan finn membuat model dari proses keputusan etis auditor sebagai proses
dengan lima elimen (pemahaman keuntungan, pengendalian dampak, keputusan lain,
penilaian lain, dan pengambilan keputusan final) untuk dibandingkan dengan
model yang berbasis kode etik dan perilaku profesional AICPA. Dengan cara yang
sama, finn dan lampe membuat model dari keputusan berkaitan dengan penyampaian
pengaduan auditor.
Dalam
mengomentari keadaan riset saat ini dalam paradigma etika akuntansi, Machintosh
yang mengadopsi perspektif filosofi sosial, menyatakan bahwa riset saat ini
menekankan suatu perspektif yang hanya mengukur penerimaan sosial, dan bukannya
perspektif etis yang sesungguhnya. Ia menyatakan bahwa sementara riset sekarang
menggunakan ukuran etis alternatif, orang berperilaku agak etis atau kurang
etis, ini adalah masalah ini atau itu.
Terakhir,
ia mempertanyakan penggunaan metodologi positivistik saat ini dengan mencatat
bahwa etika adalah masalah nilai (apa yang seharusnya) dan bukan fakta (apa
ini). Lebihlanjut lagi, masalah ini semakin rumit dengan adanya fakta bahwa
individu yang berbeda mungkin menyampaikan sasaran normatif yang berbeda yang
didasarkan pada konteks dan individu masing-masing.
C. RISET
PERILAKU ETIS AKUNTAN
Bagian
berikut mendefinisikan dan menjelaskan empat area riset akuntansi utama yang
menyelidiki tingkat moral reasoning akuntan dan perilaku yang berhubungan,
yaitu studi pendidikan etika, studi pengembangan etika, studi penilaian etika,
dan studi etika lintas budaya. Studi pendidikan etika menyelidiki apakah
pendidikan memengaruhi keahlian moral reasonig siswa dalam program akuntansi.
Studi
pengembangan etika berusaha meningkatkan poin kerier mereka. Studi penilaian
etika mengkaji hubungan antara ukurn moral reasoning dengan perilaku spesifik
dalam akuntansi, auditing, atau perpajakan. Terakhir, studi etika lintas budaya
menyelidiki perbedaan dalam keahlian moral reasoning dan/atau keputusan etika
akuntan dari belahan dunia yang berbeda.
Studi Pendidikan Etika
Studi
pendidikan etika berusaha menentukan efek pendidikan terhadap keahlian moral
reasoning dari para praktisi dan mahasiswa akuntansi. Sementara hasil dari
banyak studi umumnya telah menunjukkan bahwa pendidikan kampus secara positif
berhubungan dengan pengaruh tingkat moral reasoning individual, temuan dalam
ranah akuntansi telah menunjukkan bahwa akuntan pada umumnya tidak mengalami
kemajuan pada tingkat perkembangan moral sama seperti lulusan kampus lainnya.
M. Armstrong (1987)
Satu
studi pertama yang menyelidiki hubungan antara perkembangan moral dan riset
perilaku dilakukan m. Armstrong (1987). Tingkat moral reasoning dari CPA
dibandingkan dengan yang sudah dan belum lulus. Hal yang mengejutkan, skor DIT
rata-rata CPA secara signifikan lebih rendah dari pada kedua kelompok tersebut.
M.armstrong (1987) menyimpulkan bahwa para CPA yang menjadi responden
kelihatannya mencapai tingkat kematangan moral orang dewasa pada umumnya.
Ponemon Dan Glazer (1990)
Poneman
dan glazer memperluas penyelidikan ke dalam tingkat moral reasoning akuntan
dengan membandingkan mahasiswa dengan alumni untuk dua lembaga pendidikan yang
terletak di daerah timur amerika serikat. Lembaga yang pertama adalah suatu
kampus seni liberal swasta yang menawarkan jurusan akuntansi. Sementara lembaga
yang kedua, american assembly of colligiate school bisiness (AACSB) merupakan
lembaga yang terpandang dalam mengadakan program akuntansi.
St. Pierre, nelson dan
gabbin (1990)
St
pierre et al. Mengkaji hubungan tingkat moral reasoning . sampel yang terdiri
atas 479 mahasiswa senior dari semua disiplin ilmu yang berbeda yang
terdiri atas jurusan bisnis dan non bisnis pada universitas ukuran menengah di
bagian timur Amerika serikat diminta untuk melengkapi DIT. Ukuran lain yang
dikumpulkan berkaitan dengan sbjek adalah jurusan, gender, dan paparan awal
terhadap etika dalam kurikulum formal.
Studi Pengembangan Etika
Sementara
studi pendidikan etika mengkaji dampak pendidikan terhadap praktisi dan
mahasiswa akuntansi, studi pengembangan etika berfokus pada pengembangan moral
reasoning dalam profesi akuntansi. Beberapa studi misalnya menemukan bahwa
posisi auditor dalam perusahaan berbanding terbalik dengan tingkat moral
reasoning. Riset memberikan bukti kuat mengenai eksistensi sosialitan etis.
Individu yang dipromosikan mempunyai tingkat ethical reasoning yang serupa
dengan manajemen. Bukti ini mendukung keyakinan bahwa promosi individual dapat
ditekan oleh budaya etika perusahaan.
Ponemon (1990)
Ponemon
menyelidiki ethical reasoning dan penilaian praktisi akuntansi dalam perusahaan
publik. Lima puluh sua praktisi CPA dari bermacam-macam posisi diperusahaan
publik di daerah timur laut Amerika Serikat berpartisipasi dalam studi. Subjek
mengisi wawancara penilaian moral atau MJI dan paradigma auditing. Dilema
auditing dikembangkan dari studi kasus dari kehidupan nyata yang melibatkan
kantor akuntan publik dan dua klien audit besar.
Dilema tersebut digambarkan
sebagai serangkaian kejadian yang terjadi dalam suatu krisis dengan kedua
klien. Baik MJI dan dilema auditing diskor secara serupa, sehingga memungkinkan
untuk membandingkan secara langsung skor tersebut. Hasilnya menunjukkan bahawa
subjek tidak berbeda secara signifikan antara kedua dilema.
Studi Keputusan Etis
Studi
keputusan etis berfokus kepada hubungan antara bermacam-macam ukuran dan
perilaku terhadap bidang akuntansi. Bagian berikut menelaah studi representatif
yang mengkaji:
1. Isu
independensi
2. Pelanggaran
lain kode etik dan perilaku profesional AICPA
3. Pendeteksian
atas penipuan dalam laporan keuangan dan komunikasinya
4. Ketidakpatuhan
pembayaran pajak
5. Perilaku
disfungsional spesifik dalam profesi akuntansi.
Studi Etis Lintas Budaya
Sebagian
besar studi yang berhubungan dengan akntansi dan etika difokuskan kepada
profesi akuntansi di Amerika serikat. Perbedaan budaya mungkin muncul diantara
kelompok profesi akuntansi dari negara berbeda. Meskipun demikian, perbandingan
antara profesi akuntansi di Amerika Serikat dengan kelompok lain dapat
memberikan pemahaman yang berharga tentang penetapan standar organisasi
internasional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Riset sebelumnya tentang perilaku etis dan penalaran
akuntan telah menyorot beberapa bidang perhatian bagi profesi akuntansi.
Misalnya, temuan dari studi pendidikan etis telah menunjukkan bahwa akuntan
pada umumnya tidak mengalami kemajuan pada tingkat moral reasoning sama
seperti lulusan kampus lain. Selanjutnya, dalam profesi akuntansi, studi
pengembangan etis yang mengkaji korelasi dari tingkat moral reasoning tampaknya
berhubungan secara terbalik. Secara khusus, Ponemon menemukan bahwa penilaian
manajer audit dalam rangka promosi atas anggota suatu kelompok staf audit
cenderung bias karena didasarkan pada tingkat moral reasoning yang serupa
dengan dirinya. Hasil ini konsisten dengan hipotesis bahwa sosialisasi kantor
akuntan mungkin menekan perkembangan moral auditor individual.
B. Daftar Pustaka
Ikhsan Lubis Arfan. 2010. Akuntansi Keperilakuan Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar